Halaman

Kamis, 28 Januari 2016

Escape

Assalamu'alaikum 

Hai-hai, ini judulnya escape. Karena aku sedang escape dari ngerjain tugas ke ngeblog ini. Nulis ini lebih lancar daripada nulis review jurnal. Bahahahha.... Seperti biasa, kehidupan di rumah selalu membuatku baru bisa belajar jam seginian (21.00 ke atas), kecuali benar-benar mengurung diri dari kehidupan luar kamar. 

Stase di Jogja tinggal 4 minggu lagi, 4 minggu +3 hari dan bakal balik ke homebase Magelang lagi untuk meneruskan 3 stase disana (Anestesi, THT, Radiologi). Flight of ideas kadang kalo mikirin habis sumpah dokter mau internship kemana, mau kerja dimana. Pilihan nya penuh dengan percabangan neuron-neuron otak yang sambung menyambung satu sama lain, yang cabang nya entah bercabang 1.000 kali (alay). Kalau mau mikirin masa depan dokter, jaman sekarang, yah menurut saya susah-susah gampang. 

Kata dokter Puskesmas tempat stase IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat) kemarin, katanya, jadi dokter jaman sekarang itu udah sekolah nya lama, waktu sudah bekerja dibatasi dengan peraturan-peraturan (red;jaminan-kesehatan-nasional yang saat ini semakin gila peraturannya). Jadi dokter itu ngga miskin-miskin banget kalo engga, ngga kaya-kaya banget. Masih bisa lah buat makan sehari-hari. Istilahnya kamu jadi dokter ngga akan jatuh miskin, tapi juga ngga kaya raya, yang kaya itu amalnya, punya lahan yang banyak buat berbuat baik. Dari situ, mak jlep.. Iya-ya.. Profesi dokter itu, kalo elo mau jadi kaya raya kayak pengusaha, bisa-bisa pasien bukan dianggap pasien lagi, tapi "duit". Dan semakin elo terpedaya sama kebahagiaan elo yang salah, elo bakal sulit dikasih tau. You know what I mean? Yah agak sulit dijelaskan. Seakan Voldemort yang tidak mau dikatakan orang-orang (you know who), saya bilangnya you know what aja. Hihi. 

Waktu kuliah IKK (Ilmu Kedokteran Keluarga) kemarin, dr. Icha menanyakan, "Kamu kenapa pengen jadi dokter?" Ya udah saya jawab, "Karena saya mau menolong orang dok". "Wah jawaban kamu klasik sekali. Sekarang kalau saya tanya adek-adek kelasmu, ngga ada lho yang bilang gitu. Mereka bilangnya pengen jadi dokter karena mau mengangkat martabat keluarga, dengan jadi dokter, martabat keluarga akan terangkat." Lo kate jadi dokter bakal ngubah lo jadi darah biru? Haha. Dokter manusia biasa.. Perubahan jaman yang beda 3-4 tahun aja sudah membuat perbedaan tujuan, yaitu ingin jadi dokter untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Yah saya mau meluruskan lagi, jadi dokter bukan ajang naikin harkat martabat orangtua, boleh sih kalau mau membahagiakan mereka, tapi jangan jadi besar kepala, dikira jadi dokter bakal mengangkat harkat martabat setinggi apa? Stigma yang kayak gini nih, yang bikin dokter jadi besar kepala. 

Sejujurnya, agak bingung sama berita ter-hot dari dunia kedokteran, yaitu adanya dokter layanan primer. Dari background tujuannya, bagus banget, yaitu dokter layanan primer adalah sejenis dokter keluarga atau bisa dikatakan juga dokter umum yang ambil course lagi khusus menangani pasien dilayanan primer (bukan spesialis yang spesifik ke organ-organ tertentu). Adanya DLP ini sejujurnya membantu kita merubah budaya berobat ke dokter spesialis, karena pada dasarnya hampir 80% kasus bisa ditangani di layanan primer. Mindset nya masyarakat, mereka lebih lega datang ke spesialis daripada dokter umum, walaupun obat yang diberikan pada dasarnya sama. Oke, kalau kamu jenis pasien yang bagaimana? Langsung pilih dokter spesialis? Pasti kebanyakan jawaban nya iya. Ya memang itu budaya nya, karena dokter umum "dianggap" belum kompeten dan konsep DLP ini mengharuskan dokter yang baru lulus dan ingin mengambil karir sebagai DLP untuk sekolah 2 tahun lagi agar benar-benar kompeten. Intinya kan dokter umum harus belajar lagi, biar masyarakat percaya untuk berobat ke mereka. Kasarannya sih gitu. Masih banyak dokter spesialis yang menentang, ngga tau sih alasannya kenapa, pasti macem-macem yang jelas porsi pasien ke dokter spesialis bakal ke cut dengan adanya DLP. 

So apakah DLP jadi pilihan karier saya ke depan? Wah masih jauh sih... Mengingat saya sebenarnya lebih ingin ambil spesialis daripada DLP. Tapi kalau takdir berkata lain, yah kita lihat saja. Mau jadi agent of change atau mau jadi the classical one? 

Bonus foto saya sama si adek kecil prematur + BBLR yang ibunya meninggal karena suspek Malaria Cerebral, yang nemenein akuuu selama di bagian Perinatologi, nyusuin pake sonde tiap berapa jam, yang bunyi "ooee ooee" kalo pup or pee or hungry. You will be a strong man! 


Tidak ada komentar: